Subscribe:

You can replace this text by going to "Layout" and then "Page Elements" section. Edit " About "

Blog Archive

Kamis, Februari 27, 2014

Masih Tentang Renang

Abis posting tentang renang sebelumnya, iseng liat-liat dokumentasi beberapa bulan kebelakang. Eh nemu yang ini. 

Byuuuuurr Kecipak-Kecipuk #2


Setahun, adalah ukuran waktu yang tidak sedikit untuk kami dengan frekuensi seminggu sekali menjalani aktifitas berenang ini. Naik turun semangat, panas, gerimis atau hujan besar sempat jadi teman perjalanan. Pengorbanan semua anggota keluarga untuk menegakkan konsistensi.

Alhamdulillah, setelah direnungi banyak juga yang sudah kami peroleh selama setahun ini. Skill renang bertambah, ketahanan fisik dan psikis menghadapi tantangan cuaca, kebersamaan yang hangat, rekreasi murah meriah karena sepanjang perjalanan disuguhi view pegunungan serta deretan kebun sayuran yang menyejukkan mata.

***

Kali ini ibu ingin cerita tentang perkembangan skill renang kami semua sampai hari ini.

Bapa : Tujuan utamanya adalah untuk menormalkan gerak kaki-tangan sebelah kiri (pasca stroke) dengan kaki-tangan sebelah kanan. Gerakan meluncur dengan sesekali gaya dada untuk tangan lumayan memberikan efek positif. Sampai hari ini kepakan kaki kiri hampir sama dengan kanan begitu pula tangan. Tak bisa dipaksakan dari tepi ke tepi seberang  karena bisa kram si kaki atau paha kiri. Dilakukan enjoy sekuatnya tanpa target yang penting treatment kontinyu.

Alhamdulillaah salah satu manfaat yang dirasa adalah stamina menjalani aktifitas harian lebih stabil, sudah bisa bawa motor setengah harian seminggu dua-tiga kali.

Ibu : sebelum hamil ibu punya terget 10 kali bolak balik (panjang kolam kurleb 10 m) dengan bergantian tiga gaya kecuali gaya punggung yang belum bisa stabil (sempet bisa cuma lama ngga dipake jadi harus berlatih lagi deh). Setelah hamil masih tetap berenang dengan fokus pengaturan pernafasan dan target diturunkan jadi 5-6 kali bolak balik. fleksibel tergantung kondisi stamina. Alhamdulillaah setelah renang badan lebih fit walau sempat agak sedikit lelah, biasanya dibalas dengan istirahat yang cukup.

Mufid : Setahun yang lalu, pengetahuan dan pengalaman renangnya masih nol. Beberapa minggu hanya berkenalan dengan air, main ciprat-cipratan sama Bapa, cari benda dalam air (melatih nafas menyelam, membangun keberanian berhadapan dengan air). Satu atau dua bulan berikutnya dikenalkan meluncur di level 1 (tingginya sepusar Mufid) terkadang masih pakai ban.

Tahap selanjutnya adalah bergeser ke 2 (tinggi sedada Mufid) masih belajar meluncur. Target setengah panjang kolam (5m) Awalnya tiga kali berhenti (berdiri) berkurang dua kali dan akhirnya bisa sekali jalan tanpa berhenti. Hal yang ditekankan di tahap ini adalah melatih ketenangan, tidak panik dan teratur ambil nafas, diusahakan tidak berhenti karena panik kehabisan nafas. Lumayan lama juga melatihkan kontrol emosi (ngga panik) bagi sanguinis yaa :).

Setelah lancar di level 2, lanjut level 3 (tingginya setelinga Mufid) jadi jika berdiri tanpa jinjit mulut dan hidung terendam. Sempat nyalinya ciut karena takut tenggelam katanya. Triknya adalah setiap jalan didampingi oleh Bapa atau Ibu. Awalnya memang sempat beberapa kali hidungnya kemasukan air karena panik dan belum bisa atur nafas. Perlahan kami terus support dia, meyakinkan dia bahwa dia bisa jika dia mau bertahan terus mencoba. Dua-tiga bulan masa adaptasi di level 3.

Satu bulan terakhir di level 3 ini sudah bisa meluncur sejauh 5 m lanjut 5 meter berikutnya. Ibu lihat kepanikan sudah jauh berkurang, atur nafas mulai teratur dan mulai enjoy.

Oh ya, karena penasaran melihat Bapa dan Ibu "beroperasi" di level 4 dan 5 (150 cm lebih), dua minggu terakhir Mufid uji nyali di level 4 dan ternyata dia bisa tanpa berhenti sampai pembatas tengah kolam (berarti 5 m).

Bukan sanginis kalau tidak pandai membuat keseruan-keseruan. Biasanya setelah "berlatih" serius, Mufid lanjut main sama Vira, Entah itu main ciprat, gelinding ban di air atau bersantai diatas ban dengan kacamata renang plus tumpang kaki. Begitulah cara si sanguinins menikmati proses.

Vira : putri Bapa dan Ibu yang satu ini memang masih dalam tahap pengenalan. Mulai dari memasukkan kaki sampai lutut ke dalam air, masuk kolam, pakai ban dipeluk ibu, sempat mogok ngga mau masuk kolam juga.

Dua bulanan ke belakang mulai mau masuk kolam lagi, pakai ban, dipeluk ibu gerak gerak kaki sambil didorong ibu berkeliling di level 1 sampai level 3. Kadang balapan sama Bapa atau Aa mufid. Dua minggi terakhir Vira belajar menyelam. Menyelam versi Vira adalah melepas ban dan memasukkan sebagian kepala bagian muka ke dalam air beberapa detik kemudian menariknya kembali sambil berteriak girang "Vila bisa menyelaaaam". Kemajuan besar buat Vira :)

***

Atas semua perkembangan, kebahagiaan dan kebersamaan ini Ibu mengucap syukur sepenuh hati, semoga hal sedehana ini dibukukan Alloh sebagai ibadah menjaga amanah tubuh. Aamiin


Selasa, Februari 25, 2014

Persiapan "belajar" Membaca untuk Vira

Mulai 17/02/2014 kemarin Ibu mulai fokus membuka jalan belajar membaca untuk Vira, Salah satu pertimbangannnya adalah karena hampir setiap kali dibacakan buku atau "membaca sendiri" 
Vira sering menanyakan tulisan yang ada di buku tersebut. Ibu melihat ini sebagai salah satu sinyal bahwa ia mulai tertarik dengan bacaan/teks dalam buku. 

Selama dua minggu ini ibu mengenalkan huruf vokal dan bunyinya dengan media flashcard dikombinasi dengan tebak-tebakan huruf, biasanya dilakukan sebelum tidur atau terkadang di waktu tak tentu saat Vira minta tebak-tebakan. Target ibu dalam sehari ada waktu untuk memberikan stimulasi baik kognitif atau afektif untuk kegiatan membaca

Di waktu lain, jika bosan dengan flashcard, ibu mengajak Vira bermain "Cari huruf" di benda apapun yang ada di rumah, di buku yang ibu baca, di tablet, baju sampai di boneka beruang kecil temannya tidur. 

Sebenarnya ibu masih belum ajeg memilih satu metode untuk mengajarkan membaca kepada Vira. Pertimbangan ibu mengenalkan huruf vokal terlebih dahulu adalah karena kelima huruf itu pasti sering dijumpai. Menanamkan citra di memorinya bahwa misalnya yang berbentuk bulat itu berbunyi "o". Mengenal perbedaan bunyi-bunyi itulah yang penting (menurut saya). 

Sambil berjalan, ibu juga harus lebih rajin menggali ilmu mengenai dunia baca membaca ini. Salah satu yang menarik adalah yang saya temukan di tulisan ini.

Tanda-tanda kesiapan membaca:

1. Apakah anak sudah dapat memahami bahasa lisan?
2. Apakah anak sudah dapat mengujarkan kata-kata dengan jelas?
3. Apakah anak sudah dapat mengingat kata-kata?
4. Apakah anak sudah dapat mengujarkan bunyi huruf?
5. Apakah anak sudah menunjukkan minat membaca?
6. Apakah anak sudah dapat membedakan bunyi dengan baik?


 Jika melihat keenam poin diatas, sepertinya poin 4 dan 6 saja yang masih memerlukan banyak latihan sehubungan dengan lidahnya yang masih "cadel". :)

Mimpi ibu adalah Vira bisa dan biasa membaca sebagai gaya hidupnya menguak perbendaharaan ilmu Alloh di dunia agar mudah mendekat padaNya.  Aamiin


Rabu, Februari 19, 2014

Byuuuuurr, Kecipak-Kecipuk #1

Kalau baca judulnya, nggak mungkin salah tebak deh, pasti yang diceritakan seputar air :). Ya benar sekali. Sudah dua Rabu terakhir ingin bercerita tentang salah satu kegiatan bareng setiap Rabu pagi yaitu berenang. Entah sudah berapa lama kegiatan ini berjalan, saya rasa kurang lebih satu tahun sudah setiap Rabu pagi kami berenang bersama di Sakinah. Alhamdulillah sepertinya renang ini menempati rangking atas diantara subjek-subjek lain (lihat jadwal belajar Mufid) dalam hal konsistensi.
Mengapa kami pilih berenang menjadi olahraga keluarga?
Bapa : recovery pasca stroke Bapa masih terus berjalan, Menurut beberapa referensi, renang bagus untuk terapi, karena renang adalah salah satu olahraga cardiovascular, hampir seluruh anggota tubuh terstimulus untuk bergerak termasuk jantung.
Ibu : renang adalah salah satu olahraga favorit selain jogging dari jaman belum menikah. Ada kesempatan untuk meneruskan hobi, yaa tentu saja disambut dengan sukaria :)
Aa Mufid : setelah off dari Sekolah Sepak Bola Ganesha, ia hampir tak pernah olahraga. Sementara untuk anak laki-laki umur 8-9 tahun olahraga sangat bagus untuk pertumbuhan fisik dan kesehatan psikisnya. Aa Mufid belum pernah belajar renang, tahunya baru main air saja :). Aa Mufid sepakat untuk belajar renang pada Ibu dan Bapa.
Vira : si cantik ini punya penyakit takut air dan perutnya mudah kembung. Mengenalkan air dalam jumlah yang banyak di kolam semoga menjadikannya lebih friendly dengan air. Dengan berendam dan menggerakkan kaki di air kembungnya perlahan berkurang.
Mengapa di Sakinah?
Sebenarnya kolam renang Sakinah ini adalah kolam pribadi yang disewakan untuk umum. Letaknya nun jauh diatas bukit di daerah Cigugur Parongpong. Dengan berangkot dua kali kurang lebih 45 menit waktu yang dihabiskan untuk sampai di tujuan
Jauh memang, bukan tak ada alternatif kolam renang yang lain, namun pilihan jatuh ke sana karena tempatnya tertutup (save buat ibu) dan sepi. Jam 9.00 pagi sudah sampai, kolam renang kosong, cuma kami sekeluarga yang pakai serasa kolam renang sendiri. Jika sudah lewat jam 12.00 banyak anak anak sekolah, Tiket masuk ke Sakinah cuma Rp. 6.000. ,murah sekali :)
Dalam setahun ini banyak sudah perkembangan yang didapat. Cerita lengkapnya di posting berikutnya :)

Senin, Februari 03, 2014

Belajar Tidur Sendiri

Tengah malam lewat sudah, jam dinding menunjuk pukul 01.21, ditemani hujan rintik saya berupaya menepati janji pada daftar kerja hari ini.

Kali ini Vira yang ingin saya ceritakan. Sejak akhir Desember kemarin Vira beberapa kali berbicara pada saya tentang niatnya untuk tidur di kasurnya sendiri. Saya tanya berulang kali dan jawabannya sama karena dede bayi sebentar lagi lahir :).

Tentu, saya sambut dengan baik keinginannya. Kasurnya sudah "duduk manis" sekitar setahun yang lalu, tapi rupanya "inspirasi" baru datang belakangan ini, tak apa, semua ada waktunya.

Sudah tiga hari Vira tidur di kasurnya sendiri. Malam pertama lulus dengan ditemani ibu hingga pagi. Malam kedua setelah ritual "pepende" dan saya lihat dia telah terlelap, saya kembali ke tempat tidur saya, ehhhh tengah malam si Neng cantik "lilir" dan rindu harum keringat ibu alias nempel lagi. Malam ketiga lulus sempurna tidur sampai pagi tanpa ditemani semalaman.

Malam berikutnya??.Masih jadi misteri. Yang jelas perjelas "goal",  jalani...nikmati prosesnya dan sabar serta syukur dengan hasilnya. InsyaAlloh

Oh ya, ada sedikit oleh-oleh dari artikel yang saya baca sebelum memulai tulisan ini. Ada beberapa tips agar anak bisa tidur di kamarnya sendiri. Berikut tipsnya :

1. Cari tahu apa yang membuat anak ingin tetap tidur bersama kita. Cari solusi untuk hal tersebut

2. Ada ritual sebelum tidur agar alam bawah sadarnya mengkondisikan untuk lekas tidur. Misalnya dibacakan buku, dinyanyikan lagu, dibacakan ayat Al qur an atau bercerita.

3. Berikan "perlindugan" agar anak berani serta nyaman tidur sendiri. Misal diberi guling atau boneka untuk didekap, juga yakinkan bahwa Alloh senantiasa melindunginya.

4. Atur cahaya yang sesuai sehingga anak merasa nyaman dengan suasana kamarnya.

5. Terus usahakan, jangan mudah menyerah, menerapkan kebiasaan bukan pekerjaan instan

Selamat bersabar dan berbahagia menjalani proses :) :) (motivation for myself)